Nganjuk, anjukzone.id – Kesadaran berbudaya warga Kelurahan Warujayeng, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk patut mendapat apresiasi. Pasalnya, warga bersama aparat kelurahan rela membangun sebuah bangunan yang megah untuk melestarikan obyak yang diduga cagar budaya di lingkungannya.
Sebuah bangunan yang diberi nama Paseban Agung Kujon tersebut dibangun di atas area makam umum Lingkungan Kujon, kelurahan setempat.

Peresmian paseban agung ditandai dengan selamatan, dihadiri oleh Bupati Nganjuk terpilih Marhaen Djumadi, Forpimcam Tanjunganom, aparat Kelurahan Warujayeng, dan tokoh masyarakat.
Menurut Marhaen Djumadi, Kelurahan Warujayeng terbilang memiliki sejarah peradaban lebih lengkap dibanding wilayah lain di Kabupaten Nganjuk. Peradaban tertua tercatat dalam Prasasti Hring berangka tahun 934 Masehi, era Kerajaan Mataram Medang, Raja Sindok.

Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi ziarah makam Ki Ageng Keniten di Makam Umum Kujonmanis usai peresmian (foto_Suikadi)
“Menurut keterangan penggali sejarah Nganjuk, di Warujayeng juga pernah ditemukan jejak kerajaan satu-satunya di Nganjuk,” ujar Bupati Nganjuk yang baru saja dilantik pada 20 Februari 2025.
Sejarah peradaban kedua muncul dalam Prasasti Mula Malurung berangka tahun 1250 Masehi, era Kerajaan Singasari, Raja Wisnu Wardhana.
Nama Hring muncul bersama nama Sri Raja Narajaya, di bawah Kerajaan Singasari. Kerajaan Hring beribukota di Hring pula, diperkirakan lokasinya di Kujonmanis, Warujayeng.
Sejarah peradaban ketiga mucul dalam Kitab Kakawin Negara Kertagama era Kerajaan Majapahit, Raja Hayam Wuruk.
Dalam Kitab Kakawin Negarakertagama karya Empu Prapanca, nama Hring muncul bersama kata “waru”. Pada pupuh 17 disebutkan bahwa Raja Hayam Wuruk saat melakukan perjalanan ke desa-desa di Jawa, pernah mengujungi Desa Waru di Hring.
Sejarah peradaban keempat, kembali muncul pada era transisi antara Kerajaan Majapahit dan Mataram Islam di Warujayeng. Bukti yang menguatkan berupa temuan makam kuno yang tersebar di makam umum Kujonmanis.
Reporter: Sukadi
Editor: Dea