Hal itu bukan perkara mudah, mengingat tiga walikota sebelumnya gagal merelokasi para PKL tersebut. Namun dengan kegigihan Jokowi, sampai 58 kali mengundang dan mengajak para PKL makan satu meja dengannya, akhirnya kebijakan itu dapat dikerjakan tuntas tanpa konflik.
Sebagai sesama kepala daerah, dan kebetulan pernah dalam satu wadah partai politik yang sama, pun merasa perlu ngangsu kawruh, atau menimba ilmu dan pengalaman dari Jokowi. Baginya, Jokowi adalah sosok pemimpin yang mumpuni. Di mana, pemimpin menurutnya tidak hanya dilayani tetapi justru harus melayani. Hal itulah yang di kemudian hari menginspirasi dirinya, sehingga gigih memperjuangkan pembangunan Bendungan Semantok di Kabupaten Nganjuk.

Kini, ketika Bendungan Semantok siap diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, Taufiq mengaku sangat bersyukur, bangga dan gembira. Iapun berharap agar ikhtiar mewujudkan bendungan kebanggaan Kabupaten Nganjuk ini dicatat sebagai amal perbuatan yang baik di sisi Allah SWT.
Meskipun ia sekarang sudah tidak menjabat sebagai Bupati Nganjuk, Taufiq tetap menyampaikan harapan agar Bendungan Semantok benar-benar membawa manfaat. Ia juga berpesan kepada semua pihak, bahwa setelah Bendungan Semantok diresmikan, masih ada pekerjaan-pekerjaan lanjutan untuk melengkapi keberadaan bendungan tersebut.
Di antaranya pekerjaan pembangunan maupun perbaikan saluran-saluran irigasi, yang akan mengalirkan suplai air dari bendungan ke sawah-sawah milik masyarakat. Usulnya, agar disiapkan saluran-saluran sekunder dan tersier, di samping saluran pokok atau primer-nya. Begitu pula dengan embung-embung kecil atau dam, pintu-pintu air juga perlu dibangun di sekitarnya. Pemerintah pusat juga memperhatikan pekerjaan lanjutan tersebut, mengingat Bendungan Semantok sejatinya menjadi kepentingan banyak orang. Menurutnya, pasokan air dari Bendungan Semantok nantinya juga diproyeksikan bisa sampai ke Kabupaten Jombang dan Mojokerto.
Pada akhirnya juga bisa menambah suplai debit Sungai Brantas. Dengan kata lain, Bendungan Semantok bukan saja dinikmati orang Nganjuk, tetapi juga masyarakat di daerah-daerah lainnya di sepanjang aliran Sungai Brantas.
Tulisan diambil dari buku Historiografi Bendungan Semantok (2022); Penulis : Sukadi, S.Pd., MM.Pd.; Panji Lanang Satriadin, S.IP.; Asti Hanifa, S.Ak