Menu

Mode Gelap
Perusakan Hutan Lindung Tritik Nganjuk, Diduga Pelakunya Oknum Petani Porang Tunggu Hasil Lab, Wabup Trihandy Perintahkan Pasang Barikade Limbah Liar Diduga B3 di Nganjuk Puluhan Ton Limbah Diduga B3 Kembali Terjadi di Nganjuk, Aktivis Lingkungan Desak Dinas LH Uji Laboratorium Tiga Peserta Pawai Budaya Terheboh di Nganjuk Peringati HUT ke-80 RI Versi Anjukzone.id Menarik… Tradisi Reuni Para Dewa Dewi Kali Pertama Digelar di Klenteng Sukomoro Nganjuk Senyum Sehat Sejak Dini: KKN UNISDA dan drg. Al Riskha Bentuk Generasi Peduli Gigi di MI Bumirejo

Budaya

Ketahanan Budaya dan Kearifan Nusantara Peroleh Perhatian dari MHS

badge-check


					Prosesi adat temanten tebu di Pabrik Gula PT. RMI (Rejoso Manis Indo) Blitar, Jawa Timur Perbesar

Prosesi adat temanten tebu di Pabrik Gula PT. RMI (Rejoso Manis Indo) Blitar, Jawa Timur

Sleman, anjukzone.id – Membaca hasil forum diskusi yang mengangkat tema Meningkatkan Ketahanan Budaya dan Kearifan Nusantara, yang telah diselengarakan pada hari Minggu, 1 September 2024, dari jam 1300 – 1700, oleh  Masyarakat Pecinta Warisan Medang ( Medang Heritage Society, MHS) bekerja sama dengan Padepokan Ki Soemarsono Noto Widjoyo di Pendapa  Dalem Noto Widjayan, di Jalan Grogol 89, Dinginan, Sumberharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, pantas untuk mendapatkan apresiasi dari semua pihak, sebagai bangsa negara yang berbudaya.

Diskusi dipimpin oleh Ki Dr. Budiono Santoso Setradjaja dan Bapak Novo Indarto dari MHS selaku moderator dan Ki Soemarsono Noto Widjojo selaku narasumber dan diikuti secara aktif oleh tiga puluh lima (35) peserta  pecinta budaya dan kearifan Nusantara yang mewakili komunitas masing-masing, termasuk MHS, komunitas Surya Budaya Nusantara, Rumah Sakit Soeradji Tirtonegoro, Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA), Bursa Kerja Khusus (BKK) Solo dan lain-lain.

Forum diskusi ditujukan untuk membahas ketahanan budaya dan kearifan Nusantara meliputi  pengertiannya, permasalahan yang dihadapi dan beberapa contoh kasusnya, dampak menurunnya ketahanan budaya dan kearifan Nusantara, ruang lingkup dan langkah-langkah strategi peningkatan ketahanan budaya dan kearifan Nusantara, dan mempelajari kemungkinan  apakah diperlukan semacam aliansi nasional untuk mengaktifkan serta  tindak lanjut aksi nyata untuk meningkatkan ketahanan budaya dan ketahanan Nusantara.

Sembilan (9) Pokok Penting Ketahanan Budaya dan Kearifan Nusantara

  1. Semua peserta menyapakati adanya keadaan darurat dalam ketahanan budaya dan kearifan Nusantara, dimana diperluan langkah-langkah nyata untuk melawan dengan tegas pernyataan-pernyataan yang berkembang di masyarakat yang menyudutkan Budaya dan Kearifan Nusantara.
  2. Budaya dan kearifan Jawa sudah berkembang semenjak beberapa abad sebelum Masehi dan mencapai puncak dalam era Medang di abad ke delapan, yang merupakan titik awal kebangkitan teknologi dan ilmu pengetahuan Nusantara dengan dibangunnya ratusan bangunan candi, dimana candi Bhumisambharabuddhara (candi Borobudur) dan candi Syiwa Graha kemudian diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.
  3. Diperlukan upaya penyuluhan dan langkah nyata yang konsisten untuk meningkatkan pemahaman generasi kini dan rasa percaya diri bahwa nenek moyang mereka adalah bangsa yang berdisiplin tinggi, telah menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan pada jamannya dengan karya peninggalan nyata yang masih bertahan ribuan tahun sampai sekarang.
  4. Diperlukan suatu formulasi yang jelas mengenai ciri-ciri manusia Jawa, yang bisa menjadi pedoman hidup untuk generasi kini. Hanya bangsa yang mampu mempertahankan budaya dan kearifan lokalnya, yang mampu bersaing dan bertahan di dunia global secara teknologi maupun ekonomi, sebagai contoh adalah Jepang, China dan Korea. Ketiga negara ini dapat dijadikan sebagai pembanding atau tolok ukur pembangunan kebangsaan dari Asia.
  5. Belum dicapai kesepakatan dalam diskusi yang dimaksud Ketahanan Budaya dan Kearifan Nusantara ataukah mulai dulu dengan Ketahanan Budaya dan Kearifan Lokal Jawa. Juga belum dicapai kesepakatan diperlukannya Aliansi Ketahanan Budaya dan Kearifan Nusantara, yang dapat mempercepat gerakan Ketahanan Budaya dan Kearifan. Peserta menyepakati untuk memperkuat Ketahanan Budaya dan Kearifan Jawa di tingkat lokal dulu atau pedesaan yang kemudian bisa dikembangkan di lokalitas lain atau di tingkat nasional dan menjadi cerita keberhasilan (success story) di dunia global.
  6. Di mana memungkinkan akan mengusulkan untuk mengangkat kembali tradisi yang hilang, seperti ditiadakannya acara pertunjukan wayang kulit dan gamelan pada acara-acara penting kenegaraan di berbagai tingkat mulai dari tingkat nasional, sub-nasional dan lokal. Selama sepuluh (10) tahun terakhir pertunjukan wayang kulit dan gamelan sudah ditiadakan dari Istana Negara. Kembalinya pertunjukan tersebut dalam versi yang sesuai dengan keadaan kini, akan memberikan dampak pada kegiatan budaya, sumberdaya manusia budaya dan ekonomi. Diperlukan suatu usulan kongkrit ke pimpinan nasional.
  7. Banyak tokoh pemenang (champions) budaya di masyarakat yang dengan sumberdaya mandiri, berhasil menggerakkan kegiatan budaya asli Jawa, seperti pemakaian pakaian adat Jawa, cara berhias ( ngudisarira), berbicara bahasa Jawa, penulisan buku berbahasa Jawa dalam bentuk novel atau geguritan, kegiatan kuliner Jawa klasik dan sebagainya. Namun jasa-jasa mereka sering tidak nampak dan hilang dalam hiruk-pikuk dan komunikasi masa kini. Jasa-jasa mereka perlu diakui, dan forum sepakat untuk mengidentifikasi para pemenang ini secara obyektif dan memberikan penghargaan. Tidak banyak waktu tersisa, tahun 2025 kegiatan ini harus sudah dimulai.
  8. Forum akan mengadopsi cara-cara komunikasi, informasi, edukasi, kolaborasi, koordinasi dan sinkronisasi lintas sektor dalam menggerakkan gerakan-gerakan yang efektif dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal, seperti gerakan menggunakan pakaian Jawa di hari Kamis di propinsi DIY, lomba kebudayaan dan kearifan lokal untuk acara-acara penting tertentu. Salah satu contoh yang telah berhasil dilakukan adalah pengembangan sendratari Pramodawardhani untuk menghormat jasa pembangunan candi Bhumisambaharabudhara ( candi Borobudur) oleh Ratu Pramodhawardhani, dan pembangunan Syiwa Graha ( Candi Prambanan) oleh Raka i Pikatan sang suami. Ini adalah kisah cinta yang maha agung di millennia pertama antara dua penguasa Nusantara.
  9. Forum tidak akan melakukan suatu kegiatan secara teknis yang sudah banyak dilakukan oleh lembaga lain, tetapi tetap akan mendorong agar semua kegiatan ini berlangsung efektif dalam meningkatkan ketahanan budaya dan kearifan lokal serta memberi manfaat bagi masyarakat semua, baik psikis maupun finansial. Untuk ini Forum akan senantiasa mendorong kerjasama dengan lembaga akademik dan organisasi profesi untuk meningkatkan ketahanan budaya dan kearifan lokal.

Rencana Tindak Lanjut Hasil Sembilan (9) Pokok Penting

  1. Prof. Soenarto Sastrowijoto dan prof. Suparyati Soenarto menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertemuan berikutnya, kira-kira dua (2) bulan dari bulan September 2024. Masih dalam pembahasan tema yang akan diambil, mungkin usulan kriteria ideal manusia Jawa dan karya-karyanya, beserta unjuk salah satu bentuk kesenian lokal yang hampir hilang/punah.
  2. Dalam tempo enam (6) sampai sembilan (9) bulan ke depan menyelenggarakan konser gamelan Jawa, busana Jawa serta pertunjukan kesenian Jawa yang hampir punah.
  3. Dalam tempo tiga (3) sampai enam (6) bulan kedepan membuat usulan ringkas mengenai perlu dihidupkannya kembali pertunjukan wayang kulit dalam acara kenegaraan di tingkat nasional dan subnasional.

*Tulisan diambil dari ringkasan hasil diskusi Meningkatkan Ketahanan Budaya dan Kearifan Nusantara dari grup WA Medang Heritage Society (MHS) yang dishare oleh Santoso B., dengan tanpa mengurangi isensi dari ringkasan hasil diskusi.

Reporter : Sukadi

Editor: Deasy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tiga Peserta Pawai Budaya Terheboh di Nganjuk Peringati HUT ke-80 RI Versi Anjukzone.id

13 Agustus 2025 - 04:10 WIB

Menarik… Tradisi Reuni Para Dewa Dewi Kali Pertama Digelar di Klenteng Sukomoro Nganjuk

11 Agustus 2025 - 01:05 WIB

Jembatan Lama Kertosono Bukan Cagar Budaya Ini Penjelasan TACB Nganjuk

2 Agustus 2025 - 03:44 WIB

Jembatan Lama Kertosono Saksi Sejarah Perjuangan TNI Nganjuk Melawan Belanda pada Agresi Belanda II

2 Agustus 2025 - 00:07 WIB

Dilarang Melintas Sejak Tahun 2019, Jembatan Lama Kertosono Saksi Sejarah Pejuang Nganjuk Melawan Belanda

30 Juli 2025 - 12:27 WIB

Trending di Birokrasi