Nganjuk, anjukzone.id – Perubahan iklim yang terjadi begitu cepat dan ekstrim telah menaruh perhatian adanya penyelamatan lingkungan oleh puluhan komunitas dan lembaga di Kabupaten Nganjuk akhir tahun 2024 ini.
Penyelamatan lingkungan dengan cara menanami kembali lokasi hutan gundul dilakukan oleh Kejaksaan Negeri Nganjuk bersama Komunitas Pecinta Sejarah Dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk), serta Perum Perhutani KPH Jombang.

Kegiatan penananam dilaksanakan di kawasan hutan, Dusun Bangkak, Desa Pinggir, kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk, Senin, 30 Desember 2024.
Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk, Ika Mauluddhina, S.H., M.H., menyampaikan, tujuan kegiatan penanaman untuk menumbuhkan kepedulian warga masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan.
“Seyogyanya acara seperti ini kita laksanakan secara massif dan berkelanjutan, karena sekarang terkait program pemerintah sustainable development (pembangunan berkelanjutan,red), maka dari itu, kejaksaan ikut berpartisipasi, ikut mendampingi dari komunitas-komunitas yang peduli lingkungan,” jelas Kajari Nganjuk.

Foto. Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Nganjuk berperan dalam kegiatan ayo menanam, ayo cegah bencana
Diantaranya, masyarakat yang peludi lingkungan dari forum-forum, forkompimcam, masyarakat desa, sekolah-sekolah, dan lain-lain, secara bersama-sama melakukan kegiatan penyelamatan lingkungan.
“Kalua kita sendiri merasa kewalahan, tapi dilaksanakan secara bersama-sama secara massif dan tidak hanya sekali ini saja. Kita bisa agendakan di tiap dua bulan atau tiga bulan sekali,” imbuhnya.
Akhir-alhir ini, lanjut Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk melihat telah banyak bencana alam yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan.
Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Kotasejuk, Amin Fuadi, kegiatan menanam 3000 pohon ini mengambil tema, “ayo menanam, ayo cegah bencana.”
Dipilihnya Dusun Bangkak, Desa Pinggir Kecamatan Lengkong dengan alasan posisi dan potensinya yang berada di tengah hutan, kesadaran warga dusun yang sudah terbangun oleh pelestari lingkungan desa yaitu oleh M. Didik Rohyadi, serta sudah menunjukkan hasil dari usaha penyelamatan lingkungan selama ini.
“Dengan demikian, Kotasejuk memilihnya untuk dijadikan contoh bagi desa-desa lain yang berada di wilayah hutan Perhutani dengan memaksimalkan penghijauan yang belum tersentuh oleh masyarakat,” jelas Amin Fuadi.
Salah satu penggiat lingkungan, Didik Rohyadi menyampaikan, selama ini sudah puluhan ribu bibit ditanam di lahan milik Perhutani KPH Jombang.

Foto. M. Didik Rohyadi, penggiat lingkungan Kotasejuk
Bibit tanaman ditanam pada sumber-sumber mata air dan lahan bekas tebangan hutan. Tujuannya agar kondisi lingkungan dan sumber mata air kembali pulih dan menghasilkan oksigen lebih banyak.
“Kami sudah menanam bibit bambut 4000 batang, manga 2500 batang, dan alpukat sekitar 2000 batan, dan sekarang ditambah 3000 bibit. Ini masih kurang banyak, kami masih butuh puluhan ribu bibit lagi untuk kami tanam di sini,” kata Didik.
Yang menarik, bibit yang ditanam tidak hanya sebagai penyangga ekologi, namun juga dampak ekonomi oleh warga. Untuk itu, bibit yang ditanam, selain bibit tanaman sebagai penyangga sumber mata air, juga bibit buah-buahan.
“Sambil menjaga lingkungan, warga juga bisa menikmati hasilnya dari tanaman buah-buahan,: tambahnya.
Sekadar diketahui, warga Dusun Bangkak, Desa Pinggir terbilang warga tepi hutan yang paling peduli di Nganjuk. Mereka tidak hanya suka nenanam, namun juga merawatnya hingga tumbuh dewasa. tujuannya, untuk menjaga hutan agar tetap lestari.
Reporter: Sukadi
Editor: Deasy