Nganjuk, anjukzone.id – JEMBATAN lama Kertosono yang menghubungkan antara Kabupaten Nganjuk dengan Jombang, kini kondisinya sudah rusak total. Sehingga jembatan yang dibangun di atas Sungai Brantas ini sudah tidak dapat dilalui oleh kendaraan jenis apapun. Apalagi oleh warga, jembatan ditutup total pada bagian kedua ujungnya. Kendati rusak parah, jembatan yang dibangun pada tahun 1921 hingga 1924 ini memiliki nilai sejarah sebagai bukti perjuangan di Nganjuk melawan tentara Belanda.
Menurut Mu’anam, (65) warga setempat, jembatan lama Kertosono merupakan bangunan Belanda. Jembatan ini dulunya merupakan akses jalan-jalan satu-satunya sebagai perlintasan dari Surabaya menuju Madiun dan sekitarnya. Tampak pada sisa-sisa bangunan yang berbahan besi baja dengan pondasi batu menunjukkan bangunan jembatan sangat kokoh.

“Dulu, sebelum ada jembatan yang baru ini, semua kendaraan lewat jembatan lama itu. Tapi sekarang sudah ditidak dapat dilewati, karena oleh warga ditutup total,”kata pengusaha krupuk itu.
Mu’anam juga membenarkan bahwa jembatan lama Kertossono merupakan bukti sejarah perjuangan melawan tentara Belanda. Karena, di dekat jembatan juga sebagai markas Belanda, sehingga para pejuang sering menyerang markas yang sekarang menjadi bangunan sekolah.
“Orang sini sudah banyak yang tahu, kalau dulu digunakan tempat pertempuran melawan Belanda di jembatan lama,” tegasnya.
Panjang bangunan jembatan ini diperkirakan 400 meter dengan lebar 6 meter ditambah pada sisi kanan dan kirinya, masing-masing 1 meter. Pada kedua sisi jembatan ini, merupakan jalan diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki.
Hanya beberapa tahun lalu, ada beberapa tukang las (welder) mengenakan seragam kerja lengkap. Mereka mengambil beberapa besi penyangga. Anehnya, tidak satupun warga sekitar jembatan yang curiga. Warga mengira, mereka sebagai pekerja yang sengaja ingin memperbaiki jembatan yang sudah mulai rusak. Namun setelah berhasil membawa pergi beberapa besi pemnyangga, kondisi jembatan bertambah rusak parah. Bagian pondasi menjadi miring dan beberapa bagioan jembatan juga bertambah parah.
“Terus, oleh warga ditutup agar tidak dilewati, karena bahaya,” kata pengusaha krupuk ini.
Cerita jembatan lama Kertosono ini menyusul keterangan Siswoyo, salah satu pejuang kemerdekaan asal Desa Plimping, Desa Gebangkerep, Kecamatan Baron menyampaikan, jembatan lama Kertosono merupakan bangunan Belanda yang sangat kokoh dan kuat.
Ceritanya, saat perang kemerdekaan oleh para pejuang pernah dihancurkan dengan cara dibom, namun tidak mempan. Padahal, treck-bomb yang disiapkan 3,5 kuintal, namun tetap tidak mampu menghancurkan banguan jembatan.
“Tidak bisa putus ketika di-bom, hanya bagian tengahnya yang jebol,” terang salah seorang veteran saat memimpin perlawanan dengan Belanda pada agresi Belanda kedua waktu itu.
Keterangan Siswoyo ini diperoleh media ini pada Juni 2019 lalu saat melakukan penelusuran dan pengumpulan data tentang Sejarah Polisi Inteligen Pandergoen bersama tim Polres Nganjuk.
Meski memiliki nilai sejarah yang kuat, kekokohan jembatan lama Kertosono terancam tinggal kenangan. Karena hampir seluruh bangunannya sudah tidak mungkin diselamatkan sebagai akses jalan kembali. Bagian pondasinya sudah miring, gelagarnya sudah melengkung, dan kerangka di atasnya sudah tidak beraturan. Apalagi, pada bagian badan jalannya penuh lubang, mulai dari ujung ke ujung. Lebih-lebih belakangan tersebar kabar, sisa struktur jembatan Kertosono bakal dibongkar. Bahkan beberapa kerangka besi telah diambil dan disimpan di Gudang PUPR Kabupaten Nganjuk.
Sejak jembatan lama Kertosono tidak berfungi, warga beralih menggunakan jasa transportasi perahu untuk melintasi dari Jombang ke Nganjuk atau sebaliknya. Padahal, pemerintah telah membangun jembatan baru yang lebih kokoh di sebelah selatan.
Penulis : Sukadi