Nganjuk, anjukzone.id – Patung Dewi Parwati, salah satu koleksi museum Anjukladang, Kabupaten Nganjuk terdaftar dengan Nomor Inventaris 29/MNJK/18. Patung Dewi Parwati ini ditemukan dari Dusun Gondang, Desa Tanjung. Kecamatan Kertosono, tanpa menyebutkan angka tahun penemuan. Patung berukuran, tinggi 84 cm, lebar 38 cm dan tebal 26 cm.
Kondisi saat ini, tampak patung terbuat dari batu kali berwarna abu-abu keputihan. Dewi Parwati digambarkan berdiri sama bhangga di atas lapik padma, memunyai empat tangan. Tangan belakang membawa camara dan aksamala, sedangkan kedua tangan depan sudah aus, dimungkinkan membawa ratna atau permata dewa. Pada bagian kiri dan kanan Patung terdapat pohon teratai yang muncul atau tumbuh dari jambangan yang merupakan ciri khas seni pahat periode Majapahit.

Di sekeliling tokoh dipahatkan pada sandaran, motif surya Majapahit serta beberapa hiasan motif lidah api. Di belakang kepala terdapat prabha, mengenakan karanda makuta, hara (kalung), upavita ( tali kasta), keyura ( kelat bahu), valaya bersusun ( gelang tangan), mengenakan kain sepanjang mata kaki dan sampur. Bagian muka ( wajah ) sudah aus, bagian mata kaki hingga sandaran terbelah dua.
Sejarah Parwati (Pārvatī) merupakan salah satu dewi dalam agama Hindu. Menurut mitologi Hindu, Parwati merupakan puteri dari raja gunung (Parwatas) dari Himalaya bernama Himawan, dan seorang hapsari bernama Mena.
Parwati dianggap sebagai salah satu dari 3 Sakti Utama Dewa Siwa dalam bentuk santa atau tenang. Dewi Parwati sering disamakan dengan Adi Shakti dan Dewi Durga. Parvati mempunyai 2 putra, yang menjadi dewa besar di Agama Hindu, yaitu Ganesha dan Agni. Dewi Parwati sering disamakan dengan istri Siwa yang lain, yaitu Durga, Uma, Adi Shakti, Sati, dan Dewi Kali.
Dalam bahasa Sanskerta, kata Pārvatī berarti “mata air pegunungan”. Parwati juga dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Umā, Gaurī, Iswarī, Durgā, Ambikā, Girijā, dan lain lain.
Mitologi Hindu menyebutkan riwayat kelahiran Dewi Parwati, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma terkesan dengan bakti Himawan. Akhirnya, Dewa Wisnu memberikan anugerah bahwa Himawan akan menjadi Bhakta Dewa Wisnu.
Sementara, Dewa Brahma terkesan karena Himawan selalu menyembah dewa-dewi setiap hari. Maka Dewa Brahma mengkaruniai istri Himawan, seorang bayi perempuan yang sangat cantik, yang akan dikenal banyak orang dengan sebutan Parwati.
Dewi Parvati dikenal dengan nama-nama yang berbeda antara lain seperti Lalita (mewakili aspek kecantikan), Amba (Ibu alam semesta), Uma, Gauri, Kali, Durga, Haimavati.
Dewi Parwati juga dikenal karena bentuknya yang garang tetapi sangat kuat yaitu sebagai Durga (Dewi di luar jangkauan) dan Kali (Dewi Kehancuran).
Dalam ikonografinya, Dewi Parwati biasanya digambarkan memunyai empat tangan, dua tangan memegang teratai merah dan biru dan dua lainnya memamerkan mudra varada dan Abhaya.
Dewi Parvati memiliki kepribadian yang menawan sehingga para wanita yang sudah menikah memuja Parwati agar kehidupan pernikahannya bahagia.
Riwayat Penelitian Patung Dewi Parwati koleksi Museum Anjukladang tersebut telah dilakukan pengkajian oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi Jawa Timur 2017. Kemudian direkomendasi bersama hasil kajian 44 Koleksi Museum Anjukladang yang lain sebagai Benda Cagar Budaya Kabupaten Nganjuk.
Reporter : Sukadi
Editor: Deasy