Menu

Mode Gelap
Ribuan Ha Hutan Gunung Wilis Zona Utara Sangat Kritis, Potensi Sebabkan Banjir Besar Misionaris Katolik Roma Pendiri Klinik Perusahaan Gula Nganjuk 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Nganjuk Genjot PAD Lewat Pajak dan Retribusi Warga Warujayeng Bangun Paseban Agung Tandai Jejak Kerajaan Hring Tak Mampu Merawat ODCB, Warga Nganjuk Hibahkan Tempayan Kuno ke Museum Anjukladang Ucapan Bentuk Bibit Lebih Efektif, Kotasejuk Berharap Bupati Nganjuk Terpilih Pro Iklim

Pertanian

Bendungan Semantok Mampu Suplai Air Baku sampai ke Kota Surabaya

badge-check


					Bendungan Semantok Mampu Suplai Air Baku sampai ke Kota Surabaya Perbesar

Bendungan Semantok Mampu Suplai Air Baku sampai ke Kota Surabaya

Nganjuk, anjukzone.id – Sebelum merencanakan pembangunan Bendungan Semantok di Rejoso, Pemkab Nganjuk pernah mencoba merencanakan pembangunan bendungan di lokasi lain, yakni di Aliran Sungai Beng, Desa Pule, Kecamatan Jatikalen.

Hal itu diungkapkan Sarno, mantan Kepala Bidang (Kabid) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) BAPPEDA Nganjuk. Menurutnya, perencanaan pembangunan bendungan di Sungai Beng dilakukan pada tahun 2010, di era Bupati Taufiqurahman.

Lokasi Sungai Beng berada di ujung utara Kabupaten Nganjuk, yang berbatasan dengan Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang. Sayangnya, rencana pembangunan bendungan di lokasi tersebut batal, karena warga Kabupaten Jombang tidak setuju. Padahal, menurutnya, saat itu sudah sempat dilakukan kajian kelayakan oleh tim dari salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Surabaya.

Bupati Taufiqurrahman rupanya tetap bertekad, bahwa Kabupaten Nganjuk tidak boleh gagal dalam membangun bendungan. Untuk mengobati kegagalan pembangunan bendungan di Jatikalen, ia bergegas meminta jajarannya untuk menentukan alternatif lokasi lain.

Untuk merespons keinginan sang bupati, dilakukan serangkaian survei. Pada titik inilah, bersamaan dengan munculnya aspirasi para petani di wilayah Nganjuk utara, khususnya Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Gondang, akhirnya dipilih lokasi baru pembangunan bendungan di sekitar aliran Sungai Semantok, Kecamatan Rejoso.

Bendungan Semantok awalnya diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan air di tingkat lokal saja. Sehingga, lahan yang dipersiapkan pun juga tidak perlu terlalu luas. Yakni, di sekitar kawasan Kedungmejo yang letaknya berada di sisi utara Bendungan Semantok saat ini.  Namun sebelum benar-benar menjalankan perencanaan Bendungan Semantok versi lokal tersebut, Bupati Taufiqurrahman menurut Sarno tiba-tiba teringat dengan rencana pembangunan bendungan Sungai Beng yang gagal. Di mana, saat itu bendungan Sungai Beng memang diproyeksikan menjadi penyuplai air lintas daerah. Termasuk menyuplai air baku Sungai Brantas yang mengalir sampai ke Kota Surabaya.

Mengingat hal itu, Bupati Taufiqurrahman pun kemudian memutuskan untuk merencanakan pembangunan Bendungan Semantok dengan kapasitas yang jauh lebih besar. Sehingga, nantinya tidak hanya bisa menyuplai air irigasi dan air baku untuk masyarakat Nganjuk saja, tetapi juga bisa dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Jombang, Mojokerto, bahkan ikut menyediakan pasokan air PDAM bagi warga Kota Surabaya.

Foto. Bendungan Semantok, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawaq Timur

Digambarkan, bahwa salah satu fungsi Bendungan Semantok adalah sebagai cadangan pasokan air baku, jika sewaktu-waktu debit Sungai Brantas menyusut. Adapun teknis penyaluran air dari Bendungan Semantok sampai ke Sungai Brantas, bisa langsung melalui Sungai Widas yang terhubung ke sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa tersebut.

Berikutnya, memulai pekerjaan perencanaan Bendungan Semantok dengan kapasitas lebih besar, sesuai arahan sang bupati. Lahan yang perlu disiapkan juga harus luas. Sampai-sampai, dalam suatu survei lahan untuk bendungan tersebut, menjumpai sebuah punden atau situs makam/petilasan yang dikeramatkan oleh warga lokal. Titik lokasi punden tersebut, dalam gambar perencanaan awal berada dalam area bendungan. Dengan pertimbangan menghormati peninggalan leluhur warga setempat, maka mau tidak mau harus menggeser beberapa bagian gambarnya agar punden tetap aman, tidak sampai terkena dampak proyek.

Akhirnya, diperoleh gambar lokasi yang paling pas untuk membangun bendungan, yang berada di wilayah hutan Perhutani, serta sebagian pemukiman warga Dusun Kedungnoyo, Desa Tritik dan Dusun Kedungpingit, Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, seluas sekitar 700 hektare.

Proses selanjutnya adalah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan terkait pembangunan Bendungan Semantok. Antara lain dengan Perum Perhutani dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas.

Di masa awal survei lokasi, juga pernah merasakan pengalaman tak terlupakan lainnya, ketika menemukan tuk atau sumber mata air di tengah Hutan Tritik.

Sekitar tahun 2011, bersama rombongan kecil yang di dalamnya ada Gunawan Widagdo, saat itu Sekretaris BAPPEDA Nganjuk, dan Budiono, saat itu Kepala BAPPEDA Nganjuk. Mereka harus menempuh perjalanan berat sepanjang delapan kilometer menembus hutan. Karena membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke lokasi mata air, rombongan berangkat pagi-pagi sekali. Pukul 06.00 tepat mereka harus sudah berkumpul di rumah kepala dusun setempat, untuk kemudian melanjutkan berjalan kaki menembus hutan lebat dengan medan yang sulit.

Mereka berangkat agak tergesa-gesa sampai lupa membawa bekal air minum. Di tengah perjalanan, ketika badan sudah lemas karena kehausan, rombongan beruntung bertemu dengan seorang petani hutan yang membawa air dalam botol. Ia pun langsung meminta kepada si petani dan meminumnya, tanpa menghiraukan warna air yang kehijau-hijauan seperti berlumut.

Rasa lelah mereka terbayar setelah berhasil menemukan titik lokasi mata air yang dicari. Saat itu, meskipun musim kemarau, airnya ngubal atau memancar dengan deras. Artinya, mata air ini tidak pernah kering.

Melihat itu rombongan merasa lega. Mereka juga semakin yakin pembangunan Bendungan Semantok akan berjalan lancar, karena memiliki modal sumber mata air yang terus memancar sepanjang tahun. Menurutnya, akan fatal akibatnya jika as dam bendungan sampai kering karena tidak mendapat pasokan air. Hal itu dipastikannya akan langsung merusak fisik bendungan.

Pengalaman lainnya dirasakan adalah ketika mulai tahapan relokasi warga terdampak proyek Bendungan Semantok. Sekitar tahun 2016-2017, Pemkab Nganjuk perlu bekerja keras untuk meyakinkan warga setempat agar mau direlokasi ke tempat tinggal baru.

Berbagai cara dilakukan. Salah satunya, pejabat yang sempat dipindahtugaskan ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Nganjuk, punya ide untuk menggunakan tangan rekan sekantornya. Kebetulan, rekannya itu tinggal di dusun yang terkena dampak relokasi.

Setidaknya terdapat 75 kepala keluarga (KK) terdampak yang harus didekati dan diberi pengertian secara hati ke hati. Pendekatan itu ternyata cukup efektif, di mana pelan tetapi pasti, para warga terdampak itu akhirnya bersedia dipindah dengan kompensasi yang layak.

Baginya, Bendungan Semantok adalah bendungan terbaik yang pernah ada di Kabupaten Nganjuk. Baik dari sisi pemilihan lokasi maupun potensi kemanfaatannya. Ia berkaca dari pengalamannya sendiri yang pernah melakukan perencanaan pembangunan bendungan di sejumlah lokasi di Kabupaten Nganjuk.

Setidaknya ada delapan lokasi yang pernah digarap. Di mana, salah satunya adalah Bendungan Semantok. Lainnya adalah Sungai Beng Jatikalen, Kedungwarak, Watugandul, Bajulan, Margopatut Sawahan, Gedangkluthuk Sawahan, dan Mbahirun Bagor.

Karena Bendungan Semantok adalah pilihan terbaik, maka kepada semua pihak yang berwenang mengelolanya, agar memastikan pasokan airnya terus terjaga. Jangan sampai kekurangan apalagi kehabisan, karena akan berdampak fatal.

Pertama, karena as dam bendungan tidak boleh sampai kering. Ia mengetahuinya dari seorang teman di PT Indra Karya, BUMN yang bergerak di bidang konsultan bendungan pernah menggarap Waduk Karangkates di Malang. Sekali as dam bendungan kering maka seketika itu tamat riwayatnya.

Kedua, Bendungan Semantok harus tetap terjaga pasokan airnya mengingat fungsi tambahannya sebagai cadangan air baku Sungai Brantas. Di mana, suplainya tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Nganjuk tetapi juga daerah lain di sepanjang aliran Sungai Brantas, sampai ke Kota Surabaya.

Harapannya, agar pihak yang berwenang atas Bendungan Semantok benar-benar menjaga kelestarian sumber mata air di sekitarnya. Di mana salah satunya sudah ditemukan pada masa awal survei perencanaan.

Berikutnya, ia juga mengusulkan dibuatkan sudetan-sudetan baru, yang bisa mengalirkan air dari sungai-sungai di sekitar Bendungan Semantok. Yang tidak kalah penting pula, adalah dengan menjaga kelestarian kawasan hijau di sekitar bendungan, dengan terus menambah jumlah tanaman atau pepohonan yang bisa menyimpan cadangan air tanah.

Yang patut disyukuri, harapan besar yang disampaikan sedikit demi sedikit mulai terwujud. Contohnya, baru-baru ini bertepatan dengan Peringatan Hari Air Dunia (World Water Day) ke-30, tepatnya pada 30 Maret 2022, Pemkab Nganjuk melaksanakan kegiatan penghijauan dengan cara penanaman pohon massal di Kawasan Bendungan Semantok.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang memprakarsai gerakan penanaman pohon massal di Bendungan Semantok tersebut, mengajak seluruh elemen masyarakat memberikan perhatian lebih pada sumber daya air yang tersembunyi. Menurutnya, dengan menanam pohon yang masif di kawasan hulu akan menjaga kontinuitas pasokan air tanah. Pohon-pohon ditanam memberikan kemampuan untuk meningkatkan peresapan air tanah. Penanaman pohon di daerah hulu diyakininya merupakan upaya efektif kita untuk menjaga keseimbangan alam.

Tulisan diambil dari buku Historiografi Bendungan Semantok (2022); Penulis : Sukadi, S.Pd., MM.Pd.; Panji Lanang Satriadin, S.IP.; Asti Hanifa, S.Ak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Ribuan Ha Hutan Gunung Wilis Zona Utara Sangat Kritis, Potensi Sebabkan Banjir Besar

11 Maret 2025 - 23:01 WIB

Misionaris Katolik Roma Pendiri Klinik Perusahaan Gula Nganjuk

7 Maret 2025 - 12:15 WIB

Perayaan Cap Go Meh Pererat Persatuan Warga Nganjuk

13 Februari 2025 - 11:14 WIB

Jembatan Desa Gemenggeng Ambrol Disebabkan Tumpukan Sampah

30 Januari 2025 - 23:04 WIB

Polres Nganjuk Rilis Kasus Curanmor di Tahun 2024, 24 Orang Ditetapkan Tersangka

24 Januari 2025 - 13:39 WIB

Trending di Headline