Nganjuk, anjukzone.id – Bukan pekerjaan mudah mewujudkan Bendungan Semantok menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Pun tidak semua daerah bisa mendapatkan predikat prestisius tersebut.
Ada perjuangan ‘berdarah-darah’ dan konsistensi di baliknya, sehingga berhasil mewujudkan bendungan megah yang membuat bangga masyarakat Kabupaten Nganjuk.

Tak bisa dipungkiri, sosok yang paling berperan dan dianggap sebagai kunci keberhasilan pembangunan bendungan terpanjang se-Asia Tenggara itu adalah mantan Bupati Nganjuk Taufiqurrahman.
Pak Taufiq, begitu ia akrab disapa, memang sejak lama mendambakan Kabupaten Nganjuk memiliki bendungan besar sekaligus ikonik. Pemikiran itu sudah ada di benaknya pada periode pertama kepempinannya sebagai Bupati Nganjuk, medio 2008-2013.
Mulanya, tahun 2008-2009, dialokasikan anggaran pekerjaan detail engineering design (DED) bendungan untuk lokasi di sekitar aliran Sungai Kuncir. Namun, rencana membendung sungai yang berhulu di Kecamatan Sawahan, di kaki Gunung Wilis itu rupanya tidak berjalan maksimal. Pertimbangannya antara lain karena karena keadaan tanah di kawasan setempat yang dinilai kurang cocok.
Begitu pula dengan potensi pengadaan airnya. Karena, jika aliran Sungai Kuncir dibesarkan menjadi bendungan, maka dampaknya akan banyak sekali penduduk yang tergusur, termasuk bangunan-bangunan di atas lahan yang sudah permanen.
Di samping itu, kapasitas penampungan airnya juga dinilai tidak bisa maksimal. Kalaupun dipaksakan, akan riskan menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat. Akhirnya, rencana pembangunan bendungan yang berada di wilayah Nganjuk selatan itu pun urung dilakukan.